Ilusi

Ilusi
Irma Subagio

Senin, 27 September 2010

(●*∩_∩*●) ketika aku terluka kembali


Dear Diary… ✖‿✖

Sekian lama aku tidak bercerita denganmu…
Maafkan aku karena aku melupakanmu ketika aku sudah bertemu dengan seseorang yang sangat aku cintai dan aku inginkan menjadi pendamping hidupku…
Sekarang dia telah pergi dari hidupku dan meninggalkan luka yang begitu dalam di hatiku…
Maafkan aku karena aku menemuimu hanya ketika hatiku sedang terluka dan bimbang…

Tapi sekarang semuanya sudah berubah…

Diary… Aku mengatakan padanya bahwa aku mau tulus dan rela melepasnya, tapi aku tidak mampu menyanggupi kata-kataku itu… Aku mengatakan padanya bahwa aku akan menunggunya hingga dia bisa kembali padaku lagi, tapi bukanlah sesuatu yang mudah ketika harus menunggu cinta yang telah pudar dari hatinya… Pernah ada yang bertanya padaku: “Gimana kalo ternyata nanti dia memberikan hatinya kepada orang lain, apa kamu bisa terima hal itu?”… Aku tidak tau harus menjawab apa… Aku tau bahwa cinta tidak dapat dipaksakan dan dia tumbuh dengan sendirinya… Aku gagal merawat cintanya dan kini aku kehilangan dirinya… Aku sangat menyesal dengan semua kesalahan yang sudah aku lakukan… Tapi semua tinggal penyesalan, aku telah diusir dari ruang cinta di hatinya… Saat ini aku hanya bisa berdoa dan berharap semoga bisa mendapat kesempatan yang kedua kalinya… Menunggu dan berharap kepada kebahagiaan yang aku impikan… Jika waktu yang aku tentukan untuk menunggunya telah habis dan dia tetap tidak berubah, mungkin saat itulah aku harus pasrah melepasnya dengan hati yang berat… Semoga Tuhan mendengarkan doaku…

Diary… Andai engkau adalah sosok yang nyata, aku ingin memelukmu saat ini karena aku sedang menangis dan aku butuh bahu untuk menampung air mataku…
•●♥ Ƹ̵̡Ӝ̵̨̄Ʒ ♥●•٠•●♥ Ƹ̵̡Ӝ̵̨̄Ʒ ♥●•٠•●♥ Ƹ̵̡Ӝ̵̨̄Ʒ ♥●•٠•●♥ Ƹ̵̡Ӝ̵̨̄Ʒ ♥●•٠•●♥ Ƹ̵̡Ӝ̵̨̄Ʒ ♥●•٠•●♥ Ƹ̵̡Ӝ̵̨̄Ʒ ♥●•٠•●♥ Ƹ̵̡Ӝ̵̨̄Ʒ

Ku bawa kuali-ku melewati hutan
yang tangan-tangannya telah gersang
Jemarinya rapuh...
bisakah kau dengar? patahannya menyayat hati
Pun aku pilu...
Tak ingin ku menginjakkan kaki telanjangku di atasnya
menambah beban pepohonan yang tumbang
Aku terus menyusuri kematian hidup
membopong kuali-ku erat-erat agar tak lepas
Berharap menemukan mata air jernih
akan ku penuhi kuali-ku dengannya
Meski tetes demi tetes aku menunggu sekian lama
Aku harus mampu memenuhinya.. penantian itu hal biasa
sudah melekat erat dalam kehidupanku
Jika kuali-ku tlah terisi sempurna..
ku bagikan airku untuk jemari yang rapuh
untuk lengan-lengan yang tumbang
Hingga hutanku pulih dan mampu menaungi dunia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar